Pleidoi Kenangan

segalanya bisa berubah.
karena waktu, segalanya akan berubah.
nasib baik meranggas,
bunga layu
dan manusia mati
tak ada yang tinggal
tak pernah ada yang kekal
bertahan

 
katakan padaku, o kenangan
di muka waktu
perasaan tak sanggup
mencegah apapun, bukan?

arus yang melumat bibir sungai,
kedalaman laut
yang disihir pasir pantai
seluruhnya

segalanya terus berubah
maka apalagi, kenanganku
apalagi yang membuatmu selalu gagal melupakan?
 
“jangan tanyakan itu padaku.”

lalu bagaimana aku bisa mengerti?

“kau tak perlu mengerti
kau hanya perlu memahami
bahwa waktu tak mengubah segalanya
bahwa waktu tak dapat memisahkan
kau dari kenanganmu yang tolol.”
 
kau tak tolol
kau hanya bebal!
 
“jangan salahkan aku
aku hanya separuh
dari dirimu.”
 
kenapa kau persoalkan itu lagi?
aku hanya ingin kau belajar melupakan
seperti waktu. karena waktu.
 
“waktu tak menyentuhku, dungu
ia merangkak di tulang punggungmu!”
 
aku bisa saja membakarmu.
 
“bahkan kematian
juga tuhan
tak berarti di hadapanku.”
 
kehadiranmu tak kurestui!
 
“lalu mengapa kau datang
dan selalu minta dimengerti?”

Saya lupa dari mana mendapatkan puisi ini, tapi yang jelas ini adalah puisi karya:
Dea Anugrah/Jogja, Oktober-November 2010