Disaat kucoba merajut
kata
Dan berharap semua
jadi sempurna
Tiba-tiba ada yang
lain yang mencuri hatinya
Hilang sudah
kesempatan kudengannya
Terlambat sudah semua
kali ini
Yang ku inginkan tak
lagi sendiri
…….
Potongan
lagu milik Adera yang berjudul Terlambat itu tiba-tiba mengudara di ruangan
segiempat itu. Seolah menjadi backsound yang manis atas apa yang dirasakan Nona
A. Rasa sesak menguasai dada dan saluran pernafasan Nona A. airmatanya pun
tengah mengantri dipelupuk mata memaksa minta dikeluarkan. Hatinya pedih tak
terkira, perik mengalirkan darah segar yang mengejek. Seperti tak memiliki
tenaga, seperti tak memiliki kekuatan pada detik itu Nona ingin menghempaskan
diri keatas padang pasir yang terpanggang garangnya matahari biar luruh raga
beserta jiwanya dan lebur bersama rasa cintanya yang tak bertepi menjadi oase
padang pasir.
Kini
Nona A tahu siapa wanita yang Tuan B maksud, kini ia tahu siapa wanita yang
dimaksud Tuan B sebagai cintanya tempo hari. Wanita manis, cerdas, dan
menyenangkan itu yang telah mencuri hatinya. Dinding-dinding pun berbisik, Tuan
B dan Nona manis itu sedang dalam proses menuju kearah barat.
Hey tunggu Nona A,
bukankah kau telah berkomitmen untuk menjadikan perasaanmu pada Tuan B itu sebagai
hal tulus untuk merubah hidupmu kearah lebih baik seperti yang kau mau? Dan
bukankah kau sudah berprinsip, kau hanya akan mencintai Tuan B tanpa
mengharapkan apapun, tanpa membuat jalan lurusmu menjadi berliku? Lantas
mengapa kau masih saja merasa terpuruk dan merasa pedih saat kau tahu Tuan B
telah dicuri hatinya oleh Nona manis
itu? Kau sungguh tak konsekuen pada komitmen dan prinsipmu Nona A, sungguh
mengecewakan, Kata semilir angin yang lalu lalang.
Ayolah Nona A, tak
usah lagi lah berlebihan seperti tempo hari. Nona, tak usah kau bertindak
seperti anak baru gede yang labil. Itu menjadikanmu terlihat rapuh dan lemah.
Ingatlah janjimu padaku, Nona!! Bukankah kita sudah saling mengaitkan
kelingking sebagai tanda berlakunya janjimu itu?? Move on Nona, belajarlah
menghapus perasaanmu itu. Aku tak ingin kau terluka, aku tak ingin kau jatuh
dan tenggelam dalam oase cintamu itu. Anggaplah cinta tak bertepimu itu sebagai
angin lalu, kata Tuan C.
Jika
tak mendengarkan dan mengabaikan kata-kata dari angin yang lalu lalang dan Tuan
C, ingin rasanya Nona A naik keatas bukit. Menangis, menjerit, memukul kesegala
arah, menumpah ruahkan emosi yang tak bersahabat, agar menguap segala yang
menyesakkan dada, agar menguap rasa cintanya pada Tuan B menjadi hujan yang mengandung
badai.
Ini
terlalu menyakitkan, memiliki cinta yang diam-diam bertambah dalam, yang
diam-diam bertambah besar. Tanpa bisa dikendalikan. Namun, apalah arti pungguk
yang mendamba bulan, bumi yang mendamba langit, dan hidup yang mendamba
keabadian. Hanyalah cinta yang tak bertepi, yang menuntut pemiliknya untuk
lebur dalam keresahan.