Yang lelah menunggu
Untuk kedatangan lelaki melayu
Lelaki bermata indah namun sayu
Iya, tentu saja indah namun sayu
Nampak menyempit ketika tertawa
Ulas senyum pelengkap indah matanya
Rasa-rasany baru kemarin aku melihatnya
Melihat keindahan mata dan segala
-yang tersaji dalam dirinya
Ah, tentu saja tidak itu berbulan-bulan lalu
Langkahnya tak pernah lagi tertuju kemari, sejak
Anggun wanita jawa merengkuh hidupnya
*Katakanlah Lelaki Melayu diatas itu adalah sebuah puisi, berantakkan dan terkesan dipaksakan. Maklum saja saya tak pandai berpuisi, hanya bisa menikmati. Puisi ini dibuat beberapa waktu lalu ditengah malam yang sunyi untuk memenuhi tugas bahasa indonesia dari Ibu Nuraida, berdasarkan nama sendiri. Semoga saja ini menjadi langkah awal agar puisi-puisi yang kelak saya buat akan lebih baik..