apabila aku mengenangmu
benda-benda
langit tergelincir dari jalannya
dan
waktu terperangkap
dalam
jeda yang menekan, batas yang lembab
antara
kesedihan bumi
dan
gegas tugasnya yang abadi
tapi
jika aku tak mengenangmu
daun-daun
tiba-tiba menua dan gugur
seperti
pada hari kematian seorang kaisar
lalu
segalanya tenggelam
dalam
warna kulit seorang mur
maka
kucoba untuk mengenangmu
sekaligus
tidak mengenangmu
dan
kulihat kau di jalan-jalan, di kamar-kamar tidur,
di
atas menara-menara gereja, serta di mana saja kapal-kapal berlabuh;
dalam
sosok seorang keling yang berkabung
atau
burung-burung pajangan dari kayu
yang
merasa asing pada udara;
kulihat
kau menunggu
sekaligus
tidak menunggu,
memburu sesuatu yang tak lagi ada.
Salah satu puisi karya Dea Anugrah (penyair favorit saya) yang paling saya sukai