Sepasang mata di balik kaca, tak ada yang menakutkan dari sepasang mata itu. Tapi aku selalu bergidik dibuatnya. Tak ada yang aneh dari sepasang mata itu, tapi selalu membuatku ingin menatap kearahnya. Kukira tak ada kemarahan dari mata itu setiap bertemu tapi selalu membuat nyaliku menciut.
Sepasang mata di balik kaca, sampai saat ini aku tak pernah benar-benar melihatnya. Tak pernah benar-benar mengenal mata itu. Karena kilauan pada kacanya keburu membuatku silau dan merunduk seraya melarikan diri.
Kau tahu? sepasang mata di balik kaca, masa lalu adalah kesalahan terbesarku. Memasuki hidupmu dengan lancang, dengan segala kebohongan yang terencana, dan mengecewakanmu. Itu benar-benar kesalahan, kita saling mengenal dengan cara yang salah, tanpa pernah ada kesempatan untuk meluruskannya karena tak pernah ada keberanian untukku seperti saat melakukan dosa pada sepasang mata itu.
Sepasang mata di balik kaca yang selalu berada di seberang sana, rasa-rasanya tak pernah kita saling menyapa, tak pernah mengeluarkan kata barang dua atau tiga hurufpun. Kita berseberangan, jarak tak begitu jauh walau begitu seperti ada gunung es diantara aku dan kau, sepasang mata di balik kaca. Gunung es yang membuatku melebur bersama udara dingin bahkan untuk sekedar menyapamu dengan dua atau tiga huruf sekalipun.
*melantur sebelum tidur*